Perlu
diperhatikan bahwa bahasan kali ini yaitu khusus bagi mereka yang bangun
kesiangan bukan karena kesengajaan, tetapi karena suatu uzur yang
menyebabkan ia telat shalat Shubuh hingga matahari terbit.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Adapun
orang yang sengaja bangun siang atau sudah menjadi kebiasaannya telat
shalat Shubuh, maka ia terkena dosa besar dan ancaman dalam surah
Al-Maa'un ayat 4-5 yang berbunyi, "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya".
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Ketika
seseorang baru teringat bahwa ia telah melewatkan shalat, atau baru
terbangun dari tidur sedangkan waktu shalat sudah terlewat, yang ia
lakukan adalah segera berwudhu, lalu mencari tempat shalat yang bersih
dan suci, menghadap kiblat, kemudian mengerjakan shalat dengan tata cara
dan sifat yang persis sebagaimana shalat yang ia tinggalkan. Jika ia
bangun kesiangan, urutan shalat yang dikerjakan adalah shalat sunnah
qabliyah Shubuh lalu dilanjutkan dengan shalat Shubuh.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Ingat
ya, diharamkan bagi seseorang mengakhirkan shalat hingga ke luar
waktunya. Karena Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya shalat itu adalah
fardu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS. An
Nisa' : 103).
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Wajib bagi setiap muslim yang telah dibebani
syariat untuk menjaga shalat pada waktunya termasuk shalat Shubuh. Jika
ada yang sengaja mengatur bangun Shubuh hingga keluar dari waktu
Shubuh, ia sama saja dengan orang yang meninggalkan shalat Shubuh. Ia
harus bertaubat dan kembali mengerjakan shalat Shubuh pada waktunya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Semoga bahasan kali ini menjadi pelecut semangat untuk lebih giat bangun Shubuh.
Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc.
Semoga bermanfaat
Referensi : https://rumaysho.com/487-
CARA SHALAT SUBUH DAN SUNNAH FAJAR SAAT BANGUN KESIANGAN
PENJELASAN SINGKAT TENTANG TAUHID
Adalah meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allah lah yang memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang², dll.
.
▶TAUHID ULUHIYYAH
Adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Dalilnya:
.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
.
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan”. (Qs. Al Fatihah: 5)
.
▶TAUHID ASMA'WAS SIFAT
ALLAH ﷻ berfirman:
.
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
.
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya.” (QS. Al A’raf: 180)
.
• Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’. Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana.
• Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.
Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh.
• Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya.
• Tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah Ta’ala memang ber-istiwa di atas ‘Arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada Allah’. Pemahaman ini tidak benar karena Allah Ta’ala telah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Qur’an dan Sunnah agar hamba-hambaNya mengetahui.
.
Semoga bermanfaat.
.
.
#halaldesign
#indonesiabertauhid
TAK PERLU KHAWATIRKAN RIZKIMU
Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata, “Fokuskanlah pikiranmu untuk MEMIKIRKAN apapun yang
DIPERINTAHKAN Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rizki yang
sudah dijamin untukmu. Karena rizki dan ajal adalah dua hal yang sudah
dijamin, selama masih ada sisa ajal, rizki pasti datang.
.
Renungkanlah
keadaan janin, makanan datang kepadanya, berupa darah dari satu jalan,
yaitu pusar. Ketika dia keluar dari perut ibunya dan terputus jalan
rizki itu, Allah membuka untuknya DUA JALAN RIZKI yang lain (yakni dua
puting susu ibunya), dan Allah mengalirkan untuknya di dua jalan itu;
rizki yang lebih baik dan lebih lezat dari rizki yang pertama, itulah
rizki susu murni yang lezat.
.
Lalu ketika masa menyusui habis,
dan terputus dua jalan rizki itu dengan sapihan, Allah membuka EMPAT
JALAN RIZKI lain yang lebih sempurna dari yang sebelumnya; yaitu dua
makanan dan dua minuman. Dua makanan = dari hewan dan tumbuhan. Dan dua
minuman = dari air dan susu serta segala manfaat dan kelezatan yang
ditambahkan kepadanya.
.
Kemudian ketika dia meninggal,
terputuslah empat jalan rizki ini, Namun Allah –Ta’ala- membuka baginya
-jika dia hamba yang beruntung- DELAPAN JALAN RIZKI, itulah pintu-pintu
surga yang berjumlah delapan, dia boleh masuk surga dari mana saja dia
kehendaki.
.
Dan begitulah Allah Ta’ala, Dia tidak menghalangi
hamba-Nya untuk mendapatkan sesuatu, kecuali Dia berikan sesuatu yang
lebih afdhol dan lebih bermanfaat baginya.” (Al-Fawaid, hlm. 94)
. @rafielfisaputra_
#komunitasmengajipengelolakeuangan
rumaysho.com
TATKALA SEORANG MUKMIN MENJADI CERMIN SAUDARANYA
✍ Mutiara faedah dari hadits Nabi صلى الله عليه وسلم.
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
المؤمِنُ مرآةُ أخيهِ ، المؤمنُ أخو المؤمنِ يَكُفُّ عليهِ ضَيْعَتَه ويحوطُه مِن ورائِه. أخرجه أبو داود (4918)
"Seorang
mukmin itu cermin bagi saudaranya, dan seorang mukmin adalah saudara
bagi seorang mukmin lainnya, Membantu memperbaikinya dari kesalahannya
dan memperhatikannya dari belakang." (HR Abu Dawud, 4918 dihasankan
Al-Albany)
Faedah hadits ini, Seorang
Mukmin ketika menimbang saudaranya seperti ia sedang memandang di
cermin, yakni ia melihat dirinya sendiri. Sehingga ia tidak suka menimpa
saudaranya apa yang tidak ia suka jika menimpa dirinya. Hal ini seperti
sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak beriman kalian, hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia sukai untuk dirinya sendiri” (Muttafaqun alaih).Seorang
Mukmin ketika melihat aib saudaranya, hendaknya menutupi dan
memperbaikinya dengan nasihat yang baik. Bukankah dirinya tidak suka
jika aibnya tersebar di tengah masyarakat. Nabi صلى الله عليه وسلم
bersabda :
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang Muslim, Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat”. (Muttafaqun alaih)Seorang
Mukmin tidak layak melakukan ghibah dibelakang saudaranya, karena ia
berarti seperti memakan bangkai saudaranya. Allah Azza wa Jalla
berfirman :
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱجۡتَنِبُوا۟
كَثِیرࣰا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمࣱۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟
وَلَا یَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَیُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن یَأۡكُلَ
لَحۡمَ أَخِیهِ مَیۡتࣰا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ
ٱللَّهَ تَوَّابࣱ رَّحِیم.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka
itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat : 12].Seorang Mukmin tidak boleh mengambil harta saudaranya secara dholim, Allah berfirman :
یَـٰۤأَیُّهَا
ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأۡكُلُوۤا۟ أَمۡوَ ٰلَكُم بَیۡنَكُم
بِٱلۡبَـٰطِلِ إِلَّاۤ أَن تَكُونَ تِجَـٰرَةً عَن تَرَاضࣲ مِّنكُمۡۚ وَلَا
تَقۡتُلُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمۡ رَحِیمࣰا
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. ” [Surat An-Nisa']
Dan anjuran-anjuran kebaikan lainnya yang sangat banyak dalam Islam.
(Subulus Salam Syarh Bulughul Maram, Imam Shon’ani)
Seorang mukmin tatkala melihat ada cacat pada saudaranya, maka segera
ia perbaiki cacat dan kekurangan itu, sebagaimana sabda Nabi صلى الله
عليه وسلم ,
المؤمن مرآة أخيه إذا رأى فيها عيبا أصلحه
"Seorang
mukmin itu cermin bagi saudaranya. Apabila dia melihat aib pada diri
saudaranya, maka dia meluruskannya." (HR Al-Bukhory dalam Adabul
Mufrod, 238 dihasankan Al-Albany)
Tatkala seorang mukmin menjafi cermin bagi saudaranya maka dia akan
berusaha membantu memenuhi kebutuhan saudaranya yang kekurangan berupa
makanan ataupun pakaian, sebagaimana sabda Nabi صلى الله عليه وسلم على,
من
أكل بمسلم أكلة فان الله يطعمه مثلها من جهنم ومن كسى برجل مسلم فان الله
عز وجل يكسوه من جهنم ومن قام برجل مسلم مقام رياء وسمعة فإن الله يقوم به
مقام رياء وسمعة يوم القيامة
"Barang siapa memberi makan orang Islam
dengan suatu makanan1, maka sesungguhnya Allah akan memberi makanan
kepadanya dengan makanan seperti itu dari neraka Jahannam. Barang siapa
memberi pakaian orangh Islam, maka Allah Azza wa Jalla akan memberi
pakaian dari neraka Jahannam, dan barang siapa berdiri atas orang Islam
dengan keangkuhan dan kesombongan, maka Allah akan berdiri baginya
dengan kesombongan dan keangkuhan pada hari kiamat." (HR Abu Daud, 40
Kitab Al-Adah, 35- bab Ghaibah dishahihkan Al-Albany) Seorang
mukmin yang menjadi cermin bagi saudaranya tidak angkuh dan sombong
dihadapannya, bahkan dia akan selalu berlaku lembut dan sopan,
sebagaimana yang Allah sifatkan tentang mereka,
محَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
"Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka."
[Al-Fath: 29] Seorang mukmin yang menjadi cermin bagi saudaranya akan selalu menolong nya dan memaafkan akan kesalahannya.
Wallahu a'lamAbu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
.
..
KEUTAMAAN MENYEBARKAN ILMU SYAR'I DI MEDIA SOSIAL
✅keutamaan
menyebarkan ilmu syar i di medsos akan banyak, kaum muslimin mempelajari
walaupun kita sudah mati, maka Bersemangatlahlah belajar, beramal dan
berdakwah walaupun, hasil share(kopas) yang penting perkataan Allah dan
Rasulullah .
"alquran dan al hadist "
"Anda akan bahagia menerima hasilnya nanti" diakhirat
✅Allah Azza wa jalla berfirman
. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
” (QS:Az-Zalzalah | Ayat: 7).
✅Dari
abu HURAIRAH Radhiallahu anhu "Jika seorang meninggal terputus segala
amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah (seperti membangun
masjid dan semisalnya yang bisa dimanfaatkan setelah meninggalnya), ilmu
yang bermanfaat atau anak salih yang mendoakan kebaikan kedua orang
tuanya"
(HR Imam Muslim)
✅Berkata Dewan Fatwa Kerajaan Saudi yang dipimpin Ibnu Baz rahimahullah:
وكل من ساهم في إخراج هذا العلم النافع يحصل على هذا الثواب العظيم سواء
كان مؤلفا له أو معلما أو ناشرا له بين الناس أو.....أو مساهما في طباعته،
كل بحسب جهده ومشاركته في ذلك.
"Setiap orang yang ikut andil dalam
menyampaikan ilmu akan mendapatkan pahala yang besar ini (yang
disebutkan pada hadits diatas), baik yang menyusun kitab, mengajarkan
ilmu atau menyebarkannya dikalangan manusia ataupun ikut andil dalam
mencetaknya dan setiap muslim akan mendapatkan pahala berdasarkan
ketekunan dan keikut sertaannya didalamnya" lihat Fatawa Lajnah Daimah
11/16
✅Juga hal tersebut masuk dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
من دل على خير فله مثل أجر فاعله
"Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan akan mendapatkan pahala yang semisalnya" diriwayatkan Imam Muslim(1893) dari Abu Masud
✅, Medsos ini sarana luar biasa untuk meraub pahala sebanyak banyaknya Jangan menjadikan medsos ladang kemaksiatan.
Disusun oleh Humaira Medina
CARA SUJUD YG BENAR SESUAI DENGAN SUNNAH
Secara umum, tata cara sujud yang benar telah disebutkan dalam hadis berikut:
Nabi ﷺ bersabda,
_“Aku
diperintahkan untuk bersujud dengan bertumpu pada tujuh anggota badan:
*Dahi dan beliau berisyarat dengan menyentuhkan tangan ke hidung beliau,
dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung-ujung dua kaki.”*_
_(HR. Al Bukhari dan Muslim)_
Berdasarkan hadits, tujuh anggota sujud dapat kita rinci:
a. Dahi dan mencakup hidung
b. Dua telapak tangan
c. Dua lutut
d. Dua ujung-ujung kaki.
Adapun bentuk sujud yang sempurna secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
*1. Menempelkan Dahi dan Hidung di Lantai*
_“Nabi ﷺ *menempelkan* dahi dan hidungnya ke lantai…”._
_(HR. Abu Daud, Turmudzi)_
Nabi ﷺ bersabda,
_*“Tidak ada shalat* bagi orang yang tidak menempelkan hidungnya ke tanah, sebagaimana dia menempelkan dahinya ke tanah.”_
_(HR. Ad Daruqutni dan At Thabrani)_
Hadis ini menunjukkan, menempelkan hidung ketika sujud hukumnya *wajib.*
*2. Meletakkan Kedua Tangan di Lantai dan Sejajar dengan Pundak atau Telinga*
_“Nabi ﷺ meletakkan kedua tangannya (ketika sujud) *sejajar dengan pundaknya.”*_
_(HR. Abu Daud, Turmudzi)_
_Dan terkadang “Beliau meletakkan tangannya *sejajar dengan telinga.”*_
_(HR. Abu Daud dan An Nasa’i dengan sanad shahih)_
*3. Merapatkan Jari-jari Tangan dan Menghadapkannya ke Arah Kiblat*
_“Nabi ﷺ *merapatkan jari-jari* tangan ketika sujud.”_
_(HR. Ibn Khuzaimah dan Al Baihaqi)_
_“Beliau menghadapkan jari-jarinya ke arah kiblat.”_
_(HR. Al Baihaqi dengan sanad shahih)_
Ibn Umar رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ mengatakan,
_“Nabi
ﷺ suka menghadapkan anggota tubuhnya ke arah kiblat ketika shalat.
*Sampai beliau menghadapkan jari jempolnya ke arah kiblat.”*_
_(HR. Ibn Sa’d)_
*4. Mengangkat Kedua Lengan dan Membentangkan Keduanya Sehingga Jauh dari Lambung.*
_“Beliau tidak meletakkan lengannya di lantai.”_
_(HR. Al Bukhari dan Abu Daud)_
_“Beliau
mengangkat kedua lengannya dan melebarkannya sehingga *jauh dari
lambungnya,* sampai kelihatan ketiak beliau yang putih dari belakang.”_
_(HR. Al Bukhari dan Muslim)_
_“Beliau melebarkan lengannya, sehingga anak kambing bisa lewat di bawah lengan beliau.”_
_(HR. Muslim dan Abu ‘Awanah)_
Nabi
ﷺ sangat bersungguh-sungguh dalam merenggangkan kedua lengannya ketika
sujud, sampai ada sebagian sahabat yang mengatakan, _“Sungguh kami
merasa kasihan dengan Nabi ﷺ karena beliau sangat keras ketika
membentangkan kedua lengannya pada saat sujud.”_
_(HR. Abu Daud dan Ibn Majah, hasan)_
Catatan:
Membentangkan
kedua lengan ketika sujud dianjurkan jika *_tidak mengganggu orang lain
yang berada di sampingnya._* Jika mengganggu orang lain, misalnya
ketika shalat berjamaah, maka tidak boleh membentangkan tangan, *_namun
tetap harus mengangkat siku agar tidak menempel dengan lantai._* Karena
menempelkan siku ketika sujud termasuk tata cara sujud yang dilarang.
*5. Menempelkan Kedua Lutut di Lantai.*
Nabi ﷺ bersabda,
_“Kami diperintahkan untuk bersujud dengan bertumpu pada tujuh anggota badan: salah satunya *bertumpu pada kedua lutut.”*_
_(HR. Al Bukhari dan Muslim)_
Catatan:
Kedua lutut dirapatkan ataukah direnggangkan?
Tidak
terdapat keterangan tentang masalah ini. Oleh karena itu, posisi lutut
ketika sujud sebaiknya di sesuaikan dengan kondisi yang paling nyaman
menurut orang yang shalat. Jika dia merasa nyaman dengan merenggangkan
lutut, maka sebaiknya direnggangkan dan sebaliknya, jika dia merasa
nyaman dengan kondisi dirapatkan kedua lututnya, maka sebaiknya
dirapatkan.
Syaikh Ibn Al Utsaimin mengatakan,
_*“Hukum asal
(gerakan shalat) adalah meletakkan anggota badan sesuai dengan kondisi
asli tubuh sampai ada dalil yang menyelisihinya.”*_
(Asy Syarhul Mumthi’, 1:574)
*6. Bersikap I’tidal Ketika Sujud*
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin menjelaskan bahwa yang dimaksud
_“i’tidal
ketika sujud” adalah *merenggangkan antara betis dengan paha, dan
meregangkan antara perut dengan paha*, masing-masing kurang lebih 90
derajat. Namun tidak boleh berlebihan ketika meregangkan betis dengan
paha, sehingga lebih dari 90 derajat._
_(Asy Syarhul Mumthi’, 1:579)_
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,
_“Bersikaplah I’tidal ketika sujud.”_
_(HR. Al Bukhari dan Muslim)_
Dari Abu Humaid رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ beliau menceritakan tata cara shalatnya Nabi ﷺ:
_"…Ketika beliau sujud, beliau renggangkan kedua pahanya, *tanpa sedikit pun menyentuhkan paha dengan perut beliau."*_
_(HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh As Syaukani dalam Nailul Authar)_
As
Syaukani mengatakan: _Hadis ini dalil dianjurkannya *meregangkan kedua
paha ketika sujud dan mengangkat perut sehingga tidak menyentuh paha.*
Dan tidak ada perselisihan ulama tentang anjuran ini._
_(Nailul Authar, 2:286)_
*7. Meletakkan Ujung-ujung Kaki dan Ditekuk Sehingga Ujung-ujungnya Menghadap Kiblat*
_“Nabi ﷺ meletakkan dua lututnya dan ujung kedua kakinya di tanah.”_
_(HR. Al Baihaqi dengan sanad shahih, dinyatakan shahih oleh Al Hakim)_
_“Beliau menegakkan kedua telapak kakinya.”_
_(HR. Al Baihaqi dengan sanad shahih) Dan “Beliau memerintahkan (umatnya) untuk melakukannya.”_
_(HR. At Turmudzi, Al Hakim)_
_“Beliau *menghadapkan* punggung kakinya dan ujung-ujung jari kaki ke arah kiblat.”_
_(HR. Al Bukhari dan Abu Daud)_
*8. Merapatkan Tumit*
_“Beliau *merapatkan* kedua tumitnya (ketika sujud).”_
_(HR. At-Thahawi dan Ibn Khuzaimah)_
Melaksanakan Gerakan Sujud Sebagaimana di Atas dengan Sungguh-sungguh
Karena demikianlah sunnah yang diajarkan Nabi ﷺ. Agar shalat kita bisa sempurna maka sunnah yang mulia ini harus kita jaga.
Semoga bermanfaat.
إِنْ شَاءَ اللّٰهُ
#UstadzAmmiNurBaits
@konsultasisyariah
BALASAN BAGI PARA PELAKU BID’AH
Manusia yang berakal ketika beribadah kepada Allah Ta’ala yang di harapkan tentu saja adalah balasan pahala yang melimpah. Tidak ada orang yang beribadah menghendaki kesia-sia’an. Oleh karena itu hendaklah manusia beribadah sesuai dengan yang di syari’atkan. Tidak membuat-buat syari’at baru yang tidak di ajarkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Karena apabila beribadah dengan cara-cara yang tidak di syari’atkan, maka bukan pahala yang akan di peroleh tapi justru akan mendapatkan kerugian. Amalan mereka para pelaku bid’ah akan tertolak. Sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan :
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu hal yang baru dalam perkara kami ini yang tidak ada (perintahnya dari kami) maka tertolak“. (H.R al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْه ِأَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami, maka tertolak”. (H.R Muslim).
Dan lebih dari itu, selain amalan mereka di tolak juga akan mendapatkan adzab neraka sebagai akibat dari kesesatannya.
• Akibat Buruk dari Bid’ah
Dalam beberapa kesempatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umatnya untuk tidak berbuat bid’ah. Karena bid’ah adalah kesesatan.
Diantara peringatannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat”. (HR. Muslim no. 867).
Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan dan melarang suatu perkara, kalau bukan perkara tersebut mendatangkan banyak keburukan. Dan berikut ini beberapa akibat buruk dari prilaku bid’ah berdasarkan keterangan dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya,
1. Pelaku bid’ah akan mendapatkan laknat Allah Ta’ala.
Pelaku bid’ah yang dimaksud adalah mereka yang gemar melakukan kebid’ahan, bukan mereka yang tidak sengaja berbuat bid’ah. Maka balasan bagi mereka adalah laknat dari Allah Ta’ala. Sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ أَحْدَثَ حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
“Barangsiapa yang berbuat bid’ah atau melindungi/membantu pelaku bid’ah, maka baginya laknat Allah, para malaikat-Nya dan seluruh manusia”. (HR Bukhary,1870 dan Muslim, 1370).
Sungguh rugi para pelaku bid’ah, padahal mereka beribadah mengharapkan pahala, akan tetapi malah justru mendapatkan laknat.
2. Pelaku bid’ah akan semakin jauh dari Allah Ta’ala.
Tujuan dari ibadah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala (taqorrub ilallah). Namun dengan berbuat bid’ah justru malah sebaliknya akan menjadikan jauh dari Allah Ta’ala.
Sebagaimana yang di riwayatkan dari Ayyub As-Sikhtiyani, salah seorang tokoh tabi’in, bahwa beliau mengatakan :
مَا ازْدَادَ صَاحِبُ بِدْعَةٍ اِجْتِهَاداً، إِلاَّ ازْدَادَ مِنَ اللهِ بُعْداً – (حلية الأولياء، ج 1/ص 392).
“Semakin giat pelaku bid’ah dalam beribadah, semakin jauh pula ia dari Allah”. (Hilyatul Auliya’, 1/392).
3. Pelaku bid’ah terhalang untuk mendapatkan syafa’at.
Pada sa’at menghadapi beratnya keada’an di hari kiamat nanti, semua manusia membutuhkan syafa’at untuk menghilangkan penderita’an. Namun celaka bagi para pelaku bid’ah, mereka justru akan di usir dan tidak akan mendapatkan syafa’at.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
أَلَا وَإِنَّ أَوَّلَ الْخَلَائِقِ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام أَلَا وَإِنَّهُ سَيُجَاءُ بِرِجَالٍ مِنْ أُمَّتِي فَيُؤْخَذُ بِهِمْ ذَاتَ الشِّمَالِ فَأَقُولُ يَا رَبِّ أَصْحَابِي فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ – (متفق عليه).
“Sesungguhnya manusia pertama yang diberi pakaian pada hari kiamat ialah Ibrahim ‘alaihissalam. Ingatlah, bahwa nanti akan ada sekelompok umatku yang dihalau ke sebelah kiri, maka kutanyakan : Ya Rabbi, mereka adalah sahabatku ? Akan tetapi jawabannya ialah : Kamu tidak tahu yang mereka ada-adakan sepeninggalmu”. (Muttafaq ‘Alaih).
4. Pelaku bid’ah akan menanggung dosa orang yang mengikutinya.
Kecelaka’an lainnya dari para pelaku bid’ah adalah di bebankannya kepada mereka sebagian dari dosa-dosa orang-orang yang di sesatkannya.
– Allah Ta’ala berfirman :
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ
“(ucapan mereka) Menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan)”. (QS. An-Nahl: 25).
– Allah Ta’ala juga berfirman :
وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ
“Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan”. (QS. Al-Ankabut: 13).
Imam Mujahid berkata : “Mereka memikul beban-beban dosa mereka, dan dosa-dosa orang yang menta’ati mereka, dan hal itu tidak meringankan siksa terhadap orang yang menta’ati mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Ankabut: 13).
Ayat-ayat di atas di tujukan kepada orang-orang kafir namun hakekatnya di tujukan kepada siapapun secara umum. Yaitu mereka yang menyesatkan manusia, maka akan menanggung sebagian dari dosa-dosa orang-orang yang di sesatkannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مثلُ آثَامِ مَنِ اتَّبَعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ من آثامهم شيئًا
“Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, dia akan mendapatkan dosanya semisal dengan dosa orang-orang yang mengikuti jejaknya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun”. (HR. Muslim no 1017).
5. Pelaku bid’ah sangat sulit untuk bertaubat.
Masih beruntung bagi setiap manusia ketika melakukan perbuatan dosa kemudian menyadari dan bertaubat lalu meninggalkan perbuatan-perbuatan dosanya. Namun ternyata para pelaku bid’ah mereka akan sangat sulit untuk bertaubat.
– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ حَجَزَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ – (رواه أبو الشيخ والطبراني والبيهقي وغيرهم).
“Sesungguhnya Allah mencegah setiap pelaku bid’ah dari taubat”. (H.R. Abu Syaikh dalam Tarikh Ashbahan, At Thabrani dalam Al Mu’jamul Ausath, Al Baihaqy dalam Syu’abul Iman dan lainnya).
– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَإِنَّهُ سَيَخْرُجُ فِي أُمَّتِي أَقْوَامٌ تَجَارَى بِهِمْ تِلْكَ الْأَهْوَاءُ كَمَا يَتَجَارَى الْكَلْبُ بِصَاحِبِهِ لَا يَبْقَى مِنْهُ عِرْقٌ وَلَا مَفْصِلٌ إِلَّا دَخَلَهُ وَاللَّهِ يَا مَعْشَرَ الْعَرَبِ لَئِنْ لَمْ تَقُومُوا بِمَا جَاءَ بِهِ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَغَيْرُكُمْ مِنْ النَّاسِ أَحْرَى أَنْ لَا يَقُومَ بِهِ – (رواه أبو داود وأحمد وغيرهما بسند حسن).
“Nanti akan muncul pada umatku sekelompok orang yang kerasukan bid’ah dan hawa nafsu sebagaimana anjing kerasukan rabies, tak tersisa satu pun dari urat dan sendinya melainkan telah kerasukan”. (H.R. Abu Dawud no 4597).
Para pelaku bid’ah di gambarkan dalam hadits di atas seperti anjing yang terkena penyakit rabies. Maksudnya sangat sulit anjing yang terkena penyakit rabies tersebut untuk di sembuhkan.
– Imam Sufyan Ats-Tsaury rahimahullah (w. 161 H) berkata :
اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ وَالْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لاَ يُتَابُ مِنْهَا
“Perbuatan bid’ah lebih dicintai oleh iblis daripada kemaksiatan. Dan pelaku kemaksiatan masih mungkin ia untuk bertaubat dari kemaksiatannya, sedangkan pelaku kebid’ahan sulit untuk bertaubat dari kebid’ahannya”. (Riwayat al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah, no. 238).
Sulitnya para pelaku bid’ah untuk bertaubat, dan kemudian meninggalkan amalan-amalan atau acara-acara bid’ahnya, karena mereka meyakini bahwa bid’ah-bid’ah yang di lakukannya sebagai amal ibadah.
Syaikhul Islam ibnu Taimiyah berkata : “Ahlul bid’ah tidak akan bertaubat selama ia menilai bahwa itu merupakan amalan yang baik. Karena taubat berpijak dari adanya kesadaran bahwa perbuatan yang dilakukan itu buruk. Sehingga dengan itu ia bisa bertaubat darinya. Jadi, selama perbuatan itu dianggap baik padahal pada hakikatnya jelek, maka ia tidak akan bertaubat dari perbuatan tersebut. Akan tetapi taubat adalah sesuatu yang mungkin (dilakukan) dan terjadi, yaitu jika Allah Subhanahu wata’ala memberikan hidayah dan bimbingan kepadanya hingga ia dapat mengetahui kebenaran”. (At Tuhfatul Iraqiyyah, Syaikhul Islam ibnu Taimiyah).
Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali berkata : ”Rujuknya ahli bid’ah dari kesesatannya adalah hal yang paling sulit bagi mereka, karena mereka menganggap bahwa bid’ah yang mereka lakukan adalah bagian dari agama, mereka bertaqarrub kepada Allah dengan bid’ah tersebut. Ini yang mendorong mereka sulit bertaubat, menentang dan bahkan sombong”. (Fadhilatus Syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali-Twit Ulama).
Bagaimana para pelaku bid’ah punya keinginan untuk bertaubat, sementara bid’ah-bid’ah yang di lakukannya di yakini sebagai ibadah.
Bukankah taubat itu berawal dari kesadaran, bahwa apa yang dilakukannya sebagai perbuatan dosa ?, sementara para pelaku bid’ah memandang segala rupa bid’ah yang di lakukannya sebagai amal saleh untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
6. Pelaku bid’ah akan di usir dari telaga Al-Haud pada hari kiamat.
Pada hari kiamat manusia akan di giring dan di kumpulkan di Mauqif (Padang mahsyar). Sa’at itu manusia mengalami penderita’an yang berat sesuai dengan amal buruk yang mereka lakukan di dunia. Pada sa’at itu Allah Ta’ala menyediakan telaga (Al-Haudh) kepada setiap para Nabi supaya umatnya bisa minum dari setia telaga tersebut untuk menghilangkan penderita’an mereka.
Telaga yang diperuntukkan bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam airnya lebih putih daripada susu, lebih manis dari madu, lebih harum daripada minyak kesturi, panjang dan lebarnya sejauh perjalanan sebulan, bejana-bejananya seindah dan sebanyak bintang di langit. Maka kaum Mukminin dari ummat beliau akan meminum seteguk air dari Al-Haudh (telaga) ini, maka ia tidak akan merasa haus lagi setelah itu selamanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلاَ يَظْمَأُ أَبَدًا
“Airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih harum dibandingkan minyak misik. Bejananya bagaikan bintang-bintang di langit. Barang siapa minum darinya; niscaya ia tidak akan pernah merasa dahaga selamanya”. (HR. Bukhari no: 7579 dan Muslim no: 2292).
Itulah telaga (Al-Haud) yang di peruntukkan untuk umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ternyata tidak semua umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat minum di telaga tersebut. Ada sebagian dari umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang justru akan di usir supaya menjauh. Diantara mereka yang di usir adalah para pelaku bid’ah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ أُنَادِيهِمْ أَلَا هَلُمَّ فَيُقَالُ إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا – (رواه مسلم وابن ماجه وأحمد)
“Aku akan mendahului kalian menuju telaga. Sungguh, akan ada beberapa orang yang dihalau dari telagaku sebagaimana dihalaunya onta yang kesasar. Aku memanggil mereka : “Hai datanglah kemari…!” namun dikatakan kepadaku : “Mereka telah mengganti-ganti (ajaranmu) sepeninggalmu”. Maka kataku : “Menjauhlah kesana… menjauhlah kesana (kalau begitu)”. (HR. Muslim no 249, Ibnu Majah no 4306).
Begitulah keada’an mereka para pelaku bid’ah di Padang Mahsyar. Sa’at mereka menderita menahan dahaga dan ketika hendak minum dari Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka di halau seperti unta.
5. Pelaku bid’ah dikhawatirkan akan mati dalam keada’an Suu’ul Khatimah.
Ketika seorang manusia tutup usia, sangat penting baginya mati dalam keada’an baik (khusnul khotimah). Dan apabila sebaliknya, yaitu mati dalam keada’an buruk, sedang bermaksiat kepada Allah Ta’ala (suu’ul khotimah) maka kecelaka’an yang akan menimpa baginya.
Para pelaku bid’ah adalah orang-orang yang bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Mereka seolah-olah merasa tidak puas dengan syari’at yang sudah di tetapkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, padahal agama Islam sudah sempurna. Sehingga mereka membuat cara-cara baru dalam ibadah yang tidak pernah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ajarkan. Dan mereka menganggap segala macam yang mereka ada-adakannya sebagai bentuk sarana mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala (taqorrub ilallah). Maka sangat dikhawatirkan bagi mereka mati dalam keada’an sedang bermaksiat (suu’ul khotimah) yaitu menyelisihi Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
6. Wajah pelaku bid’ah akan menghitam di hari kiamat.
Wajah umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kelak di hari kiamat akan putih berseri-seri. Namun tidak demikian dengan wajah para pelaku bid’ah, wajah mereka hitam legam.
Allah Ta’ala berfirman :
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula yang hitam muram”. (QS. Ali ‘Imran: 106).
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menafsirkan ayat ini dengan mengatakan,
يَعْنِي: يَوْمَ الْقِيَامَةَ، حِيْنَ تَبْيَضُّ وُجُوْهُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَتَسْوَدُّ وُجُوْهُ أَهْلِ الْبِدْعَةِ وَالُفُرُقَة -ِ {تفسير ابن كثير – (ج 2 / ص 92)}.
“Yaitu : hari kiamat, ketika wajah ahlussunnah wal jama’ah putih berseri, sedangkan wajah ahlul bid’ah wal furqah hitam legam”. (Tafsir Ibnu Katsier, 2/92. Oleh Abul Fida’ Ibnu Katsier, tahqiq: DR. Sami Muhammad Salamah, cet.2, th. 1420/1999, Daarut Taybah).
7. Pelaku bid’ah dikhawatirkan terjerumus ke dalam kekafiran
Para ulama dari dahulu sampai sa’at ini berbeda pendapat tentang kafir tidaknya sejumlah firqah ahlul bid’ah, seperti khawarij, qadariyyah dan yang lainnya. Hal ini didukung oleh dhahir ayat yang berbunyi :
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka”. (QS. Al An’am: 159).
Diantara mereka ada yang jelas-jelas mengkafirkan firqah bid’ah tertentu seperti batiniyyah dan yang lainnya. Jika ada ulama yang berselisih tentang suatu perkara, apakah ia dihukumi kafir atau tidak ? Tentunya setiap orang yang berakal akan merinding untuk ditempatkan di persimpangan yang sarat marabahaya seperti ini. Siapa yang rela kalau ada orang yang mengatakan kepadanya : “Sesungguhnya para ulama berselisih pendapat mengenaimu; apakah kamu telah kafir, atau sekedar sesat ?” Atau yang mengatakan : “Sesungguhnya ada sebagian ulama yang mengkafirkan kamu dan menganggap darahmu halal…?!” tentunya tak seorang pun mau dikatakan seperti itu. (Mukhtasar Al I’tisham, hal 38).
Itulah beberapa akibat buruk dari melakukan kebid’ahan. Alangkah berat dan menghinakan balasan yang akan diperoleh oleh para pelaku bid’ah, sungguh sudah selayaknya mereka renungkan amalan dan acara-acara bid’ah yang selalu mereka kerjakan. Cukuplah dengan syari’at yang sudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan. Karena tidak ada satupun cara yang akan bisa menyampaikan menuju surga melainkan semuanya sudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan kepada umatnya.
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda :
مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنْ الْجَنَّة وَيُبَاعِدُ مِنْ النَّار إِلَّا وَقْدٌ بَيْنَ لَكُمْ
.
“Tidak tersisa suatu (amalan) pun yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka, kecuali sudah dijelaskan semuanya kepada kalian”. (HR. Thobroni dalam Al Mu’jamul Kabir 1647).
Semoga bermanfa’at.
با رك الله فيكم
.
By : Дδµ$ $@ŋţ๏$ą $๏๓ąŋţяί
.
https://agussantosa39.wordpress.com/category/04-bidah/02-memahami-bidah/
.
MASUK SURGA SEKELUARGA
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Berkumpul bersama keluarga adalah salah satu dari kenikmatan. Dan harapan setiap keluarga muslim tentunya momen seperti itu terjadi di dunia dan di akherat.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ (٢٢)جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ (٢٣)
Dan ORANG-ORANG YANG SABAR KARENA MENCARI KERIDHAAN TUHANNYA, MENDIRIKAN SHALAT, DAN MENAFKAHKAN SEBAGIAN REZEKI yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan SERTA MENOLAK KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN; ORANG-ORANG ITULAH YANG MENDAPAT TEMPAT KESUDAHAN (YANG BAIK), (22) (YAITU) SURGA 'ADN YANG MEREKA MASUK KE DALAMNYA BERSAMA-SAMA DENGAN ORANG-ORANG YANG SHALIH DARI BAPAK-BAPAKNYA, ISTERI-ISTERINYA DAN ANAK CUCUNYA, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (23)
(QS. Ar Ra'd : 22-23)
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Dan ORANG-ORANG YANG BERIMAN, BESERTA ANAK CUCU MEREKA YANG MENGIKUTI MEREKA DALAM KEIMANAN, KAMI PERTEMUKAN MEREKA DENGAN ANAK CUCU MEREKA (DI DALAM SURGA), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.
(QS. Ath-Thur : 21)
Allahu Yahdik.